Senin, 25 Februari 2008

Istiqamah

ISTIQAMAH

Setiap muslim yg telah berikrar bahwa Allah Rabbnya, Islam agamanya, Muhammad rasulnya, harus senantiasa memahami ikrar ini dan mampu merealisasikan nilai-nilainya dalam kehidupannya. Setiap dimensi kehidupannya harus terwarnai dengan nilai-nilai tersebut, baik dalam kondisi aman maupun terancam
Namun dalam realitas kehidupan dan fenomena umat, kita menyadari bahwa setiap orang yang memiliki pemahaman yang baik tentang Islam mampu mengimplementasikan dalam seluruh sisi kehidupannya. Dan orang yang mampu mengimplementasikannya belum bisa bertahan sesuai dengan yang diharapkan Islam, yaitu komitmen dan istiqamah dalam memegang ajarannya sepanjang perjalanan hidup
Maka istiqamah dalam memegang tali Islam meupakan kewajiban asasi dan sebuah keniscayaan bagi hamba-hamba Allah yang menginginkan khusnul khatimah dan harapan syurga-Nya. Rasulullah SAW bersabda: Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Berlaku moderatlah dan beristiqamah, ketahuilah sesungguhnya tidak ada seorang pun diantara kalian yang selamat dengan amalnya”. Mereka bertanya, “Dan juga kamu ya… Rasulullah?” Beliau bersabda, “Dan juga aku (tidak selamat juga) hanya saja Allah SWT telah meliputiku dengan rahmat dan anugerah-Nya”. (HR. Muslim)
Istiqamah bukan hanya diperintahkan kepada manusia biasa saja, tapi juga bagi manusia besar, seperti para nabi dan rasul. Perhatikan ayat ini : “Maka tetaplah (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah melampaui batas. Sesungguhhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Hud:112)

Definisi
Istiqamah berarti berdiri tegak lurus (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia), istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen
Secara terminologi adalah mempertahankan keimanan dan akidahnya dalam situasi dan kondisi apapun. Ia bak batu karang yang tegar menghadapi gempuran ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo atau mengalami futur dan degradasi dalam perjalanan dakwah
Ia senantiasa sabar dalam menghadapi seluruh godaan dalam medan dakwah yang diembannya. Meskipun tahapan dakwah dan tokoh sentralnya mengalami perubahan. Itulah manusia muslim sesungguhnya, selalu istiqamah dalam sepanjang jalan dan di seluruh tahapan dakwah
Dalil dan Dasar Istiqamah
“Maka tetaplah (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepada mu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Hud:112)
Ayat ini mengisyaratakan kepada kita bahwa Rasulullah dan orang-orang yang bertaubat bersamanya harus beristiqamah sebagaimana yang telah diperintahkan. Istiqamah dalam mabda (dasar atau awal pemberangkatan), minhaj dan hadaf (tujuan) yang digariskan dan tidak boleh menyimpang dari perintah ilahiah
”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ”Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turin kepada mereka dengan mengatakan, ”janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”
”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ”Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap meteka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan” (QS. 46:13-14)
Dari beberapa ayat di atas menggambarkan urgensi istiqamah setelah beriman dan pahala besar yang dijanjikan Allah SWT, seperti hilangnya rasa takut, sirnanya kesedihan dan surga bagi hamba-hamba Allah yang senantiasa memperjuangkan nilai-nilai keimanan dalam setiap kondisi dan situasi apapun. Hal ini dikuatkan beberapa hadits nabi di bawah ini:
”Aku berkata, ”Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku satu perkataan dalam Islam yang aku tidak akan bertanya kepada seorang pun selain engkau. Beliau bersabda, ”Katakanlah, ”Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah (jangan menyimpang) ” (HR. Muslim dari Sufyan bin Abdullah)
Selain ayat-ayat dan hadits diatas, ada beberapa pernyataan ulama tentang urgensi istiqamah.
Sebagian orang arif berkata, ”Jadilah kamu orang yang memiliki istiqamah, tidak menjadi orang yang mencari karomah. Karena sesungguhnya dirimu bergerak untuk mencari karomah sementara Rabbmu menuntutmu untuk beristiqamah.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, ”Sebesar-besar karomah adalah memegang istiqamah”

Faktor-faktor yang Melahirkan Istiqamah
Ibnu Qayyim dalam ”Madaarijus salikin” menjelaskan bahwa ada enam faktor ynag mampu melahirkan istiqamah dalam jiwa seseorang, yaitu sebagai berikut:
Beramal dan melakukan optimalisasi (QS. 22:78)
Berlaku moderat antara tindakan melampaui batas dan menyia-nyaiakan (QS. 25:67)
Tidak melampaui batas yang telah digariskan ilmu pengetahuannya (QS. 17:36)
Tidak menyandarkan pada faktor temporer, melainkan bersandar pada sesuatu yang jelas
Ikhlas (QS. 98:5)
Mengikuti sunnah

Dampak Positif Istiqamah
Manusia muslim yang beristiqamah dan selalu berkomitmen dengan nilai-nilai kebenaran Islam dalam seluruh aspek hidupnya akan merasakan dampaknya yang positif dan buahnya yang lezat sepanjang hidupnya. Adapun dampak dan buah istiqamah sebagai berikut:
Keberanian (Syaja’ah) (QS. 5:52)
Ketenangan (Ithmi’nan) (QS. 3:146, 6:82, 13:28)
Optimis (Tafa’ul) (QS. 57:22-23, 12:87, 15:52)

Khatimah
Maka dengan tiga buah istiqamah ini, seorang muslim akan selalu mendapatkan kemenangan dan merasakan kebahagiaan, baik yang ada di dunia maupun yang dijanjikan nanti di akhirat kelak. Perhatikan ayat berikut:
”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ”Tuhan kamu ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kapada meraka dengan mengatakan, ”Janganlah kamu takut dan merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperolah (pula) apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. 41:30-32)
(gunawan dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: