Senin, 25 Februari 2008

Berbuat baik kepada orang tua

BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA

Pada saat kita dilahirkan ke dunia, betapa besar pengorbanan yang dilakukan oleh kedua orang tua kita. Terlebih bagi ibu kita. Sebuah kandungan hadits menyatakan betapa beratnya kondisi ibu kita dari proses pra kelahiran sampai pasca kelahiran, sehingga wajar derajat ibu diatas tiga tingkat dari derajat bapak (dalam arti bakti anak)

Keletihan yang berat dialami oleh ibu diawali pada saat dia mengandung kita. Selama kurang lebih 9 bulan ibu sangat menderita. Secara fisik dan psikologis telah terjadi perubahan akibat adanya adaptasi beberapa hormon dalam rangka ’proses kehamilan’. Hormon ini yang menyebabkan seorang ibu ”mengidam, terjadi perubahan sikap, terjadi perubahan selera dan sebagainya”

Keletihan yang kedua adalah pada saat seorang ibu melahirkan sang bayi. Semua itu dilakukan demi sang anak, padahal akibat proses persalinan itu bisa berupa kematian bagi sang ibu. Betapa banyak ibu meninggal dunia hanya ingin mempertahankan kehidupan dari sang bayi

Keletihan yang ketiga adalah pada saat ibu merawat sang bayi sampai menjadi anak yang mandiri. Dari menyusui, merawat, memandikan, memberi makan dan laiinya. Yang boleh dibilang sangat sulit untuk dilakukan oleh seorang ayah.

Sedangkan keletihan seorang bapak adalah dia bertugas mencari rezeki. Kadang tangan dibuat kaki, pagi dijadikan malam, semua organ tubuh berkeringat hanya untuk ”memakmurkan” rumah tangganya.

Dari penjelasan ini, sudah selayaknya sebgai anak kita harus mampu untuk sedikit mmebalas apa yang telah dilakukan oleh orang tua kita. Tapi walaupun demikian besar upaya kita untuk tetap berbakti kepada orang tua kita, maka hal itu tidak sebanding, sebagaimana sebuah ungkapan: cinta orang tua laksana matahari yang menyinari dunia, tidak terbalaskan

Islam, sebagai sebuah perangkat aturan yang paripurna sangat memahami kondisi ini, untuk itu betapa banyak hujah yang menjelaskan pentingnya kita berbakti pada orang tua, seperti dalam QS. An Nisaa:36. ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”

Dan QS. Al Israa: 23. ”Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”

Mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu
Ajakan mempersekutukan Tuhan harus ditentang sekalipun datangnya dari ibu bapa.

Islam sangat menitik beratkan bakti anak kepada orang tua, tapi Islam pun tetap memberi sebuah bingkai ketaatan itu. Ada sebuah hujah yang mengatakan “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal kemaksiatan”

Kita tetap taat kepada orang tua sebatas perintah orang tua tidak dalam rangka melaksanakan maksiat pada Allah, sebagai mana yang tersurah dalam QS. Al Ankabuut: 8. “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”



BERBUAT BAIK DENGAN TEMAN DAN TETANGGA

Banyak fenomena yang terjadi di kalangan aktivis dakwah. Orang yang telah menisbatkan dirinya di jalan dakwah ini telah terjadi ketidak seimbangan memposisikan diri.
Secara umum memang seorang aktivis dakwah adalah orang yang mampu mengemban dan mengurangi beban dakwah. Bukan malah orang yang dengan keberadaannya menjadi dakwah ini menjadi berat bebannya. Dimana pun, dalam kondisi apapun, keberadaannya adalah salah bentuk solusi terhadap permasalahana dan beban yang ada.

Tapi banyak dari aktivis dakwah (dalam arti yang salah menafsirkan) malah menjadi beban bagi jamaah dakwah itu sendiri.

Salah satu hal yang menjadi fenomena umum adalah tertolaknya aktivis ini dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Betapa banyak kita (yang mengakui aktivis) tidak memiliki waktu yang cukup bagi masyarakat sekitar. Bagaimana mungkin kita menunaikan hak-hak tetangga, masyarakat pada saat interaksi kita dengan mereka tidak efektif.

Kondisi di sejumlah komunitas aktivis berdasarkan persepsi masyarakat adalah DIA ADALAH ORANG YANG PERGI DISAAT ORANG MASIH TIDUR DAN PULANG DI SAAT ORANG SUDAH TERTIDUR. Tidak ada waktu yang cukup bagi interaksinya kepada masyarakat. Jangankan ikut kerja bakti, ronda malam, kenal dengan sebelah rumah pun tidak.

Kondisi ini ini seharusnya tidak terjadi di kalangan aktivis dakwah. Memang dakwah adalah jalan hidup kita. Kita pun sangat yakin bahwa salah satu fungsi Allah menciptakan kita selain sebagai Hamba Allah, Khalifatullah juga sebagai Dai.

Tapi jangan sampai sibuk dengan ”urusan dakwah” (dalam makna terminologi) kita melupakan hak-hak tetangga dan masyarakat kita. Bukankah hak tetangga sangat besar atas diri kita.

Sebagai mana rasulullah pernah menyampaikan, kalau tidak dilarang oleh Allah, niscaya tetangga akan mendapat harta warisan dari kita. Dari sedikit pengalan hadits ini tersirat betapa abesar hak tetangga dari kita.

Untuk itu, perlu juga kita sebuah agenda dan rencana dakwah fardiyah kita untuk ”merekrut mereka menjadi obyek dakwah”. Melalui interaksi yang sehat, hubungan kemasyarakat yang positif seharusnya dapat kita bangun. Apalagi dalam suasana era dakwah jahriyah jamahiriyah ini, sudah selayaknya orientasi dakwah kita juga perlu melirik potensi dari lingkungan kita terdekat. Di samping sebagai upaya menunaikan hak-hak tetangga, kita pun tetap mentargetkan upaya rekruting bagi calon aktivis dakwah yang berasal dari masyarakat, agar eksistensi diri dan dakwah kita tetap diterima oleh masyarakat. )!(

(gunawan dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: