Minggu, 02 Maret 2008

Hadits: Islam, Iman dan Ihsan

Hadits 2 : Islam, Iman, dan Ihsan
Diriwayatkan dari Umar bin Khathab ra., ia berkata: “Ketika di suatu hari kami duduk di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul kepada kami seorang laki-laki yang mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat darinya bekas perjalanan dan tak ada seorang pun diantara kami yang mengenalinya. Ia segera duduk di hadapan nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut beliau, seraya berkata: “Hai Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Jawab Rasulullah saw: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan Muhamamad adalah Rasul Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, engkau berpuasa pada bulan Ramadhan dan engkau menunaikan haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.” Lelaki itu menanggapi: “Engkau benar.” Maka kami pun dibuat heran; ia yang bertanya dan ia pula yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi, “Beritahukan aku tentang iman.” Jawab Nabi: “Engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-Nya, kepada hari akhir dan engkau beriman kepada takdir Allah, yang baik dan yang buruk.” Ia menyahut: “Engkau benar.”Dan ia bertanya lagi: “Kabarkan aku tentang ihsan.” Jawab Nabi: “Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya dan bila engkau tidak mampu melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.” Lelaki itu berkata lagi: “Beritahukan aku kapan terjadinya kiamat.” Jawab Nabi: “Yang ditanya tidaklah lebih tahu dari yang bertanya.” Dia pun bertanya: “Beritahukan kepadaku tanda-tandanya!” Jawab Nabi: “Jika seorang amat (budak wanita) telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang tidak beralaskan kaki, telanjang, miskin dan penggembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan yang menjulang tinggi.” Setelah itu lelaki itu segera pergi. Aku pun terdiam sekian lamanya sehingga Nabi bersabda kepadaku: “Wahai Umar, tahukah engkau siapakah lelaki yang bertanya itu?” Aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui” Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian mengajarkan kepada kalian tentang agama kalian.” HR. Imam Muslim dalam Shahihnya.

Urgensi hadits:
Ibnu Daqiq al ied berkata: “Hadits yang sangat agung ini memuat seluruh perbuatan, baik lahir maupun batin. Bahkan semua ilmu syariat mengacu padanya dan diperkaya dengannya, karena kandungan seluruh Ilmu Sunnah yang ada di dalamnya. Sebagaimana Surah Al Fatihah yang disebut dengan Ummul Qur’an karena seluruh makna Al Qur’an terkadung didalamanya, maka hadits ini disebut dengan Ummussunnah

Fiqhul Hadits

Memperbaiki pakaian dan sikap
Ketika hendak memasuki masjid dan akan menghadiri majelis ilmu, disunnahkan memakai pakaian yang rapi dan bersih serta menggunakan wewangian. Juga bersikap baik dan sopan di hadapan para ulama, karena kedatangan Malaikat Jibril as itu untuk mengajarkan manusia melalui sikap dan ucapannya.

mengajarkan hakekat Islam
Secara etimologis, Islam berarti tunduk dan menyerah sepenuhnya pada Allah. Sedang secara syar’i, Islam adalah tunduk dan menyerah sepenuhnya kepada Allah dengan menjalankan kelima rukunnya, yaitu syahadatain, menunaikan shalat dengan memenuhi syarat dan rukunnya serta memperhatikan adab dan sunahnya, mengeluarkan zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan haji sekali seumur hidup bagi siapa saja yang mampu; mempunyai biaya untuk pergi ke tanah suci dan juga bias memenuhi kebutuhan keluarga yang ditinggalkan

mengajarkan hakekat Iman
Secara bahasa, iman berarti pembenaran, sedang secara syar’i berarti pembenaran dan penetapan terhadap:
Keberadaan Allah. Yang Maha Pencipta dan tidak ada sesuatu yang menjadi sekutu bagi-Nya
Keberadaan makhluk Allah, yaitu malaikat. Mereka adalah hamba Allah yang dimuliakan, yang tidak pernah melakukan maksiat dan selalu mematuhi perintah Allah. Mereka diciptakan dari cahaya, tidak makan, tidak berkelamin (laki-laki atau wanita), tidak mempunyai keturunan dan tidak ada yang tahu jumlahnya kecuali Allah
Keberadaan seluruh Kitab Samawi yang diturunkan Allah, dan meyakini bahwa kitab-kitab tersebut (sebelum diubah dan diselewengkan manusia) merupakan syari’at Allah
Keberadaan seluruh Rasul yanag telah dipilih dan diutus Allah untuk membimbing umat manusia, yang diturunkan bersamanya Kitab Samawi. Juga meyakini bahwa mereka adalah manusia biasa yang terjaga dari segala dosa (maksum)
Keberadaan hari kiamat. Pada hari tu Allah membangkitkan manusia dari kuburnya, lalau menghisab seluruh perbuatannya dan memberinya balasan; bagi yang beramal baik maka akan mendapatkan balasan kebaikan dan bagi yang jahat amalnya maka akan menuai balasan yang setimpal pula
Keberadaaan takdir. Artinya, segala hal yang terjadi di alam semesta ini merupakan ketentuan (takdir) dan kehendak Allah semata, untuk tujuan yang hanya diketahui oleh-Nya
Kelima poin ini tidak lain adalah rukun iman. Barangsiapa yang meyakininya maka ia akan selamat dan beruntung dan barang siapa yang menolaknya maka ia akan sesat dan merugi. Allah berfirman: ”Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari kiamat, maka sungguh ia telah sesat sejauh-jauhnya” (QS. An Nisa’ : 136)

mengajarkan hakekat Islam – Iman
Meski dari penjelasan di atas kita pahami bahwa iman dan Islam adalah dua hal yang berbeda, namun keduanya saling melengkapi. Iman menjadi sia-sia tanpa Islam, demikian juga sebaliknya

mengajarkan hakekat Ihsan
Ihsan adalah ikhlas dan menyempurnakan keikhlasan tersebut. Artinya, memurnikan ibadah sepenuhnya hanya untuk Allah serta dibarengi dengan upaya untuk menyempurnakannya. Sehingga ketika melaksanakan ibadah tersebut seolah-olah engkau melihat-Nya dan jika tidak mampu maka ingatlah bahwa Allah senantiasa menyaksikanmu dan mengetahui apa pun yang ada pada dirimu, baik besar maupun kecil

Hari kiamat dan tanda-tandanya
Waktu datangnya hari kiamat hanya diketahui Allah SWT dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, baik malaikat maupun Rasul. Itulah sebabnya mengapa Nabi SAW berkata kepada Jibril: “Yang ditanya tidaklah lebih tahu dari yang bertanya.” Meskipun demikian, Nabi Muhammad kemudian menjelaskan sebagian tanda-tandanya, yaitu:
Zaman yang rusak dan akhlak yang buruk. Pada saat itu banyak anak yang durhaka pada orang tuanya, mereka memperlakukan orang tuanya seperti perlakuan tuan terhadap budaknya
Keadaan yang chaos dan gawat. Kala itu, banyak orang yang bodoh menjadi pemimpin dan wewenang diberikan kepada orang yang tidak mempunyai kemampuan (bukan ahlinya). Harta melimpah ruah pada manusia, perilaku sombong dan sikap melampaui batas merebak, manusia saling membanggakan diri dengan mendirikan bangunan yang tinggi. Perhiasan dan perkakas rumah berlebihan, satu sama lain saling berlaku congkak, menguasai segala urusan orang yang dihimpit kemiskinan dan kesengsaraan dan jika seseorang hendak berbuat bajik pada orang lain maka sikapnya seperti perlakuan seorang tuan terhadap badwi, para penggembala dan orang-orang yang semisal dengannya

pentingnya bertanya tentang suatu ilmu
Seorang muslim, akan menanyakan sesuatu yang membawa manfaat baik untuk dunia maupun akhiratnya. Ia tidak akan menanyakan hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat. Bagi orang yang menghadiri sebuah majelis ilmu, lalu ia melihat bahwa audien (orang-orang yang hadir di situ) sangat memerlukan satu masalah dan ternyata masalah tersebut tidak ada yang menanyakan meskipun ia mengetahui, agar orang-orang yang hadir bias mengambil manfaat dari jawaban yang diberikan. Sedang jika orang yang ditanya tentang sesuatu itu tidak tahu, maka katankanlah bahwa dirinya memang tidak tahu. Selain dapat menambah kewibawaan, sikap demikian juga merupakan bukti kewara’an dan ketakwaannya. )I(

Tidak ada komentar: