Senin, 25 Februari 2008

10 WASIAT HASSAN AL BANNA

10 Wasiat Imam Hasan Al Banna
· Dalam kondisi bagaimanapun, dirikan shalat ketika mendengar adzan
Sebagai rukun Islam yang kedua, kewajiban ini adalah sesuatu yang paling penting. Ini pembeda antara seorang muslim dengan non muslim. Seorang yang telah menjadikan diri sebagai ornag muslim menjadikan shalat sebagai kebutuhan. Shalat tepat waktu adalah sebuah ukuran kemampuan individu untuk mengelola waktu hidupnya dengan pengaturan rabbani. Sesungguhnya shalat itu diwajibkan kepada orang yang beriman dengan waktu yang telah ditentukan. Shalat tepat waktu menandakan betapa kita mampu menyongsong panggilan Allah, yang merupakan sebaik-baiknya sebuah panggilan.
· Baca dan dengarkan Al Qur’an dan ingatlah Allah, jangan habiskan sebagian waktu anda pada hal-hal yang tidak berguna.
Al qur’an sebagai petunjuk hidup orang bertaqwa. Setiap manusia yang berupaya menjadi bertaqwa harus menjadikan ‘teman’ dalam kondisi apapun. Seorang mukmin harus mampu menjadikan Al qur’an sebagai sarana pedoman dalam melaksanakan kehidupannya. Ibarat sebagai kompas, dia diperlukan dalam kondisi apapun.
Indikator seorang mukmin yang baik adalah bagaimana interaksinya dengan Al qur’an. Khairukum man ta’alamal qur’an wa ‘alammah. Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang mempelajari Al qur’an dan mengajarkannya.
Setiap mukmin perlu mengisi waktu-waktu sisanya dengan mengoptimalkan seluruh kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Sebaik-baik kegiatan adalah interaksi yang efektif dengan Al qur’an dan implementasinya
· Berusahalah untuk bisa berbicara bahasa Arab yang fushhah (baik, tidak pasaran) sebab itu termasuk doktrin Islam
Al qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, maka agar kita mampu memahami dan menghayati diperlukan kemampuan untuk ‘menginterpretasi’ Al qur’an sehingga kita bertambah yakin dengan hujjah yang disampaikan
Sebagai seorang mukmin kita dianjurkan untuk sering berinteraksi dengan Al qur’an. Pada saat kita memahami dengan baik makna-makna Al qur’an karena kita memiliki kemampuan bahasa Arab, maka proses penghayatan dan pengamalan lebih terasa terjiwai. Kita memahami ayat-ayat ‘gembira’ dengan senyuman dan ayat-ayat ‘duka’ dengan menangis.
Interaksi kita dengan Al qur’an lebih terasa sempurna dengan kemampuan bahasa Arab yang kita miliki.
· Jangan memperbanyak debat dalam setiap urusan bagaimanapun bentuknya, sebab pamer kepandaian dan apa yang dinamakan riya’ itu tak akan mendatangkan kebaikan sama sekali.
Berkatalah yang baik, kalau tidak lebih baik diam. Semakin orang banyak bicara yang tidak terarah kemungkinan mereka untuk terjatuh karena kesilapan lidah juga semakin besar.
· Jangan banyak tertawa, sebab hati yang selalu berinteraksi dengan Allah adalah hati yang tenang dan khusyu’
Tertawa sampai terbahak-bahak sangat tidak etis dalam berinteraksi dengan siapa pun. Seriang apapun kita jangan terlalu menampakkan keriangan itu dengan sebuah sikap yang berlebihan. Kita riang sebagai bentuk syukur atas bahagianya kita dengan nikmat yang kita terima. Cukuplah makna kata-kata Ali bin Abi Thalib ra untuk mencintai seseorang biasa-biasa aja, boleh jadi hari ini kita cintai besok menjadi musuh kita dan bencilah seseorang biasa-biasa aja boleh jadi esok dia kita cintai.
Hati yang selalu terpaut pada kebesaran Allah, mengetahui sifat Asmaul Husna-Nya, maka akan selalu waspada akan waktu-waktu hidupnya.
Orang yang terpaut dengan Allah ingin selalu bersama Allah, muraqabatullah. Sehingga waktu-waktunya selalu menghadirkan nuansa rabbani.
· Jangan bergurau sebab sebuah ummat yang gigih berjuang tak mengenal selain kesungguhan
Bergurau yang berlebihan terlihat sebagai orang yang merasa hidup tanpa tantangan. Padahal pada saat kita merenung dengan kondisi umat yang terpuruk akibat jauhnya Islam dari umat, dominasi musuh Islam atas umat islam, seharusnya kita berpikir panjang, bahwa selayaknya kita harus mencurahkan waktu dan kesempatan kita untuk beramal untuk Islam, bukan malah memperbanyak senda gurau yang berlebihan
· Jangan mengeraskan suara melebihi apa yang dibutuhkan oleh pendengar, sebab itu merupakan kecerobohan dan menyakitkan yang lain
Kepribadian seseorang dapat dilihat dari kualitas proses komunikasi dan materi pembicaraannya. Merasa lebih dari orang lain adalah sebuah bentuk kesombongan yang harus dikikis, karena hanya Allah yang memiliki hak tersebut.
Kepribadian seseorang juga dapat dilihat dari bagaimana dia menempatkan orang lain dalam berargumentasi. Menghormati seseorang dengan tidak memotong pembicaraannya, menghormati pendapatnya, lapang dada dengan perbedaan pendapat adalah sikpa-sikap yang harus ditumbuhkan.
· Jauhi dari menggunjing orang dan menjelek-jelekkan kelompok atau organisasi, jangan membicarakannya selain kebaikan saja
Tidak bisa kita mengklaim bahwa kebenaran adalah milik mutlak kita sendiri, seolah-olah semua selain kita salah. Betapa ruginya kebaikan (pahala) yang telah kita ‘usahakan’ akan diberikan ke orang lain hanya karena kita menguraikan keburukan orang lain. Lebih baik kita sibuk dengan perbaikan diri kita dari pada kita dengan mudah menjelek-jelakkan orang lain. Boleh jadi orang yang diolok-olok itu lebih baik dari pada orang yang mengolok-olok.
Kewajiban kita adalah bergandeng tangan dan terhimpun dalam barisan luas Islam, jangan ada lagi ada upaya mengurai ikatan islam hanya karena mungkin perbedaan yang tidak prinsip. Masih banyak problematika umat yang harus diselesaikan daripada kita mengurus organisasi lain, yang boleh jadi organisasi itu tetap masih memiliki kebaikan.
· Kenalkan diri anda kepada saudara-saudara seagama dan seperjuangan walaupun anda tak dituntut, sebab dasar dakwah kita adalah cinta dan kenal
Problematika umat begitu kompleks. Sebagai manusia kita memiliki begitu banyak keterbatasan. Kerjasama adalah upaya yang realistis untuk menyelesaikan begitu banyak masalah, ingat kita bukan Superman. Dasar kerjasama adalah keterikatan hati dan kesamaan tujuan. Keterikatan hati tidak akan muncul selama kita tidak ada proses ta’aruf diantara kita. Saling mengenal dengan proaktif, bukan minta dikenal orang adalah sikap yang terhormat. Kita harus mengenal teman seperjuangan kita agar kita mampu mengetahui ’kebutuhannya’ untuk berkerja sama, karena dengan mengefektifkan kerjasamalah tujuan kita akan tercapai.
· Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak dari pada waktu yang terluang, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya dan jika anda punya kepentingan (tugas) selesaikan segera
Orang yang memahami hakekat kehidupan pasti akan berpikir ulang untuk berbuat kesia-siaan. Apalagi dengan begitu banyaknya masalah dan beban yang harus diemban. Waktu luang kita tidak cukup untuk menyelesaikan amanah dan beban itu, apalagi bila kita berdiam diri tanpa aktivitas. Bagi kita cukuplah berkata, “tidak ada kata “nanti”, “tunggu sebentar”. Selama kita memiliki kemampuan, memiliki kesempatan maka berupayalah untuk menyelesaikan semua bentuk tugas dengan sebaiknya. Jangan tunda kalau memang kita bias mengerjakannya sekarang.
Wallahu a’lam bishashawab
Gunawan

Tidak ada komentar: